BENDERA D'MASIV DI PUNCAK PAPANDAYAN
Written by Rama Ramadhan on .
(Day I)
Minggu 10 juni 2012, pukul 02.00 WITA saya beranjak dari Samarinda menuju Balikpapan. Terpaksa harus
meninggalkan seluruh tim d'masiv lebih dulu karena harus mengejar
jadwal first flight. Setelah 3 jam perjalanan akhirnya saya sampai di
bandara Sepingan di Balikpapan. Menunggu pesawat kurang lebih satu jam
diruang tunggu bandara, pengumuman boarding pun tiba. Perjalanan ke
Jakarta ditempuh sekitar 2 jam. Cuacanya cukup bagus, sempat sesekali
saya mengambil gambar saat sedang di atas awan. Perjalanan itu juga saya
manfaatkan untuk tidur, lumayan bisa melemaskan otot-otot yang capek
karena manggung tadi malam..
Pukul 7.00 WIB, saya tiba di bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Disana
sudah ada "rombongan" yang telah menunggu saya, yaitu Taufik dan Sardi
(teman smp), Meidy, dan Indri (adik saya). Setelah cek list perlengkapan
yang akan dibawa, kami segera berangkat dengan kecepatan santai menuju
Garut. Terlihat antusias dan semangat teman-teman begitu tinggi pagi
ini. Maklum kami jarang punya kesempatan naik gunung apalagi disela-sela
kesibukan kami masing-masing.
(Day II)
Senin 11 juni 2012. Pukul 06.00 kami bangun dengan disambut udara yang sangat segar. Karena harus segera
melanjutkan
perjalanan, kami berbagi tugas. Ada yang memasak, packing tenda, dan
packing perlengkapan untuk bermalam di atas (karena kami berencana
bermalam di Puncak Saladah) sampai semua beres. Pukul 09.00 kami memulai
perjalanan, tidak lupa diawali doa agar semua selamat sampai tujuan.
Nah, diantara kami berlima Meidy lah yang sudah pernah sampai lebih
dulu di puncak Pandayan. Jadi dia sudah lumayan hafal track untuk
mendaki kesana. Namun demi kelancaran perjalanan kami tetap mengajak
satu orang guide yang akan memandu perjalanan, yaitu Mas Komik.
Carier dan ransel dengan berbagai isinya kami gendong di pundak dengan
percaya diri. Ternyata semakin lama terasa sangat berat, khususnya
milik saya dan Sardi karena kebetulan carier kamilah yang berukuran
lebih besar dari yang lain.
Tiba-tiba rasa ragu mulai datang, antara yakin dan tidak apakah saya
sanggup berjalan jauh dan terus menanjak dengan track bebatuan yg rawan
tergelincir dan dengan beban yang sangat berat di pundak saya dan
teman-teman. Ini sangat mengganggu psikologi kami, terutama saya, karena
sudah lama sekali tidak melakukan kegiatan mendaki. Tetapi dengan
keyakinan akhirnya semua dapat diatasi. Kami terus berjalan.
Ditengah-tengah perjalanan kami tak henti-hentinya mengucap syukur kepada Allah SWT atas keindahan alam
yang
disajikan di Gunung Papandayan ini sambil sesekali mengambil gambar. Di
perjalanan, kami melewati suatu wilayah yang disebut hutan mati, yaitu
wilayah yang dulunya adalah sebuah hutan yang ditumbuhi pohon-pohon
besar kemudian pohon-pohon itu menjadi hangus dan mati karena terkena
asap panas letusan Gunung Papandayan tahun 2002. Di sana adalah tempat
yang sangat bagus untuk berfoto karena bentuk batang-batang pohon yang
mati itu terlihat luar biasa unik dan dari sana semua view Papandayan
terlihat. Sampai di hutan mati menandakan kami sudah semakin dekat
dengan tujuan.
Ditengah perjalanan ke Tegal Alun, kami bertemu dengan sekelompok
orang yang mengaku penduduk asli daerah kaki Gunung Papandayan sedang
mengambil bunga edelweis dalam jumlah banyak bahkan sampai ke akar
pohonnya. Tindakan ini sangat-sangat tidak baik dan dapat merusak
lingkungan. Kami dan Mas Komik (guide) sempat mengingatkan mereka tetapi
mereka malah berkata, "kami juga orang asli sini" (dengan bahasa
sunda). Wah menurut saya justru penduduk asli lah yang harusnya lebih
menjaga lingkungannya sendiri dan memberi contoh kepada orang lain,
bukan malah merusak. Apa lagi bunga edelweis adalah tumbuhan yang
dilindungi. Kita berdoa saja, semoga mereka semua akan sadar apa yang
mereka lakukan adalah kesalahan besar. Dan semoga akan ada penjagaan
secara khusus dan tegas dari pemerintah untuk tumbuh-tumbuhan yang
dilindungi.
Akhirnya kami pun sampai di Tegal Alun, di surganya para pendaki,
yaitu padang edelweis. Saya takjub sekali ketika di depan mata saya
terbentang padang edelweis yang begitu luas. Sungguh pemandangan yang
luar biasa.
Setelah merasa puas menghabiskan waktu di tegal alun,sekitar pukul
16.30 kami kembali ke tenda di Puncak Saladah. Malam yang sangat dingin,
langit malam yang cerah lengkap dengan bintang yang bertaburan kami
nikmati sambil membuat api unggun, ngobrol, minum-minuman hangat, dan
makan malam pastinya. Malam ini kami tidur dengan pakaian yang jauh
lebih tebal dari malam sebelumnya
(Day III)
Sekilas tentang gunung ini. Dengan ketinggian ±2665 MDPL Gunung
Papandayan yang terletak di Desa Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat,
adalah gunung berapi aktif dan pernah meletus pada tahun 2002. Setelah
letusan itu maka countur gunung papandayan semakin eksotis dan semakin
memanjakan mata para pendaki. Daerah ini sangat direkomendasikan untuk
para pendaki pemula karena jalur pendakian tidak memakan waktu yang
terlalu lama. Dan banyak sekali pemandangan indah yang mengiringi kita
di sepanjang perjalanan.
Kami tidak langsung ke area parkir, tetapi kami menyempatkan untuk
mampir ke salah satu tempat yang sangat harus dikunjungi di gunung ini
juga, kawah dan danau vulkanik. Danau vulkanik ini baru terbentuk
setelah letusan Gunung Papandayan tahun yang terjadi tahun 2002.
Banyak wisatawan asing yang datang ke danau ini untuk berenang.
Tadinya saya berniat untuk berenang juga, tetapi saat sampai disana
niat
itu berubah karena udara yang dingin dan suasana sedang sedikit mencekam karena kabut tebal, hehe..
Finally, sampailah kami di pos jaga Gunung Papandayan. Kami pun
mengabadikan momen bersama para ranger Papandayan kemudian mengecek
toilet yang saya serahkan saat baru tiba 2 hari yang lalu sudah tepasang
rapi. Toilet itu dititipkan pada saya oleh seseorang yang perduli
dengan tempat indah ini dan juga para rangernya.
Setelah semua beres dengan berat hati saya, Taufik, Sardi, Meidy, dan
Indri meninggalkan tempat yang sangat memberikan kesan ini untuk kembali
ke Jakarta dan menjalankan rutinitas kami sehari-hari. Alhamdulillah
cita-cita saya terwujud untuk mengibarkan bendera d'Masiv di puncak
gunung. Dan mudah-mudahan saya bisa membawa seluruh tim d'Masiv naik
gunung dan MASIVERS juga tentunya, hehe.. Sampai jumpa digunung-gunung
berikutnya! Keep our environment guys!!
Salam 5 jari,
Rama Ramadhan
Foto By : Meidy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar